Jumat, 15 Maret 2013

Menjadi (Lebih) Dewasa



Terima kasih
Untuk setiap kepahaman yang setia dihadiahkan untukku.
Meluangkan hati dalam segala luka yang aku berikan.
Menerimaku kembali walau ego masih lebih banyak melingkupiku.
Pertengkaran kecil yang esok akan aku lupakan. Selalu.
Tapi mungkin tidak selalu bagimu.
Menjadikan jalinan kedekatan ini kadang sedikit menegang atau terlalu kendur.

Maaf.
Untuk setiap luka yang aku berikan.
Tanpa aku pernah betul-betul menyadari, kalau itu akan banyak menyakiti.
Pikiran negatif masih lebih banyak mewarnaiku.
Menjadikan setitik kesal berubah lautan dalam sekali bersua.

Maaf.
Aku memang banyak menyimpan kesal.
Menerka-nerka dalam pikiranku sendiri.
Lalu meyakininya.
Hingga meluapkan banyak marah disana sini.

Aku.
Kini telah dua puluh.
Semoga malaikat ikut mengamini.
Bahwa aku ingin menjadi makhluk dengan sejuta manfaat.
Untuk alam, Indonesia, kalian, dan islamku.

Tidak ada lagi persangkaan.
Memudarkan ego.
Keluasan hati, kebesaran jiwa.
Lebih banyak memahami. Mendegar. Merasa. Memiliki.

Karena dua puluh adalah pintu.
Pintu dengan gembok kedewasaan. kunci kebijakan.
Agar kelapangan kisah mampu tergambar sempurna.
Bersama waktu yang kian menipis.
 

Rabu, 13 Maret 2013

Nutrisi Terbaik Untuk Sela


http://selaluberprestasi.files.wordpress.com/2012/05/sayur-dan-buah.jpg

Aku tahu. Sangat paham. Bahwa seutuhnya kamu tidak pernah memahamiku. Setiap isyarat yang aku kirimkan tak pernah betul-betul kamu pedulikan.
Aku ingin hidup dengan tenang. Tanpa ada kerusakan dalam diriku. Walau aku sadar yang kamu berikan padaku lebih banyak sakit. Luka. Dan aku semakin rapuh. Entah kamu yang terlalu membutuhkanku ataukah aku yang terlanjur tak bisa lepas dari dirimu. Badi. Aku. Aku ingin selalu membersamaimu.
Aku masih ingat, siang dengan teriknya. Menggugahmu untuk duduk pada sebuah kursi dalam ruangan berpendingin. Menikmati sejuknya. Bersama sebuah botol yang juga berisi cairan dingin. Tinggal setengahnya. Aku tahu Badi, Kamu sangat menikmati saat-saat seperti itu.
Saat dimana kamu duduk santai, tampak tanpa beban. Hanya terus mengonsumsi softdrink. Dengan sepotong fastfood. Sungguh nikmat hidupmu. Sadarkah kamu bahwa apa yang sering kamu konsumsi berpengaruh seutuhnya padaku. Padaku Badi.
“Badi, aku tidak membutuhkan itu. Sediktpun tidak”, kataku memperingatkanmu “Aku butuh cairan. Aku butuh vita…”.
“Sela!! Terima dan gunakan apapun yang aku berikan padamu”. Bentakmu “Aku yang lebih tahu segalanya”.
 Kamu masih ingat pertengkaran kita waktu itu kan Badi. Aku selalu berusaha memperingatkanmu. Bukan hanya sekali, berkali-kali aku mengirimkan sinyal. Tanda-tanda. Tapi tak sekalipun kamu memedulikannya.
Kalau aku harus terluka sekarang. Sebetulnya ini belum saat aku rusak. Tapi pola makan dan gaya hidupmu memaksaku. Mengharuskan aku menggunakan zat-zat yang tak memiliki nilai