Hidup ini
adalah akumulasi dari ujian-ujian. Setiap apa yang kita miliki ada ujian bagi
diri kita. Kemiskinan adalah ujian, kekayaan pula ujian, kesehatan, dan segala
hal di sekeliling kita adalah ujian. Yang menjadikan kita penghuni surga atau neraka
kelak. Atas setiap syukur dan kufur kita.
Dari segala
ujian-ujian dalam hidup, ada satu titik terlemah kita dimana ujian akan lebih
banyak disana. Bagaimana cara kita berproses untuk melaluinya. Tetap dalam
bayang-bayang kelemahan atau memaksakan diri kepada kebaikan. Pilihan sikap
ditentukan oleh diri kita sendiri.
Tidak jarang
menjadikan frustasi, ketika suatu kondisi membuat kita mudah melalui ujian.
Namun pada situasi berbeda menjadikan kita seakan lebih memilih menyerah. Tidak
lagi mampu melalui ujian dari Allah.
Selamanya
kita akan diuji pada titik terlemah kita masing-masing. Ketika pilihan untuk
lebih memperbaiki kualitas diri telah menjadi pilihan. Maka ujian akan hadir,
untuk mempertegas dan meyakinkan seberapa besar kemauan kita untuk berubah.
Menjadi lebih baik.
Ujian yang
sama bisa jadi berbeda dampak dan cara melaluinya bagi setiap orang. Sehingga
kita tidak memiliki hak untuk menghakimi. Lantaran kejadian hebat yang orang
lain alami justru biasa-biasa saja menurut kita.
Disinilah
pentingnya kita memiliki sahabat, saudara. Menguatkan ketika lemah,
menghidupkan kembali harapan saat semangat bergerak ke titik terendah. Dan yang
terpenting, bersama mendekati Allah. Dzat Pemilik Kuasa atas langit dan bumi.
Kepada-Nya segala curahan bermuara, dari sisi-Nya pula segala bahagia
bersumber.
Saling
mendoakan diantara saudara seiman, perbanyak dzikir mengingat Allah, memohon
ampun atas dosa-dosa, dikuatkan dalam setiap ujian. Bersama persaudaraan yang
terjalin hingga ke surga-Nya. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar