Minggu, 12 Januari 2014

Surat Cinta



Untuk saudari-saudariku seiman yang aku cintai karena Allah. Izinkan saya memulai tulisan ini dengan kalimat cinta. Semoga kelak kita dipertemukan kembali di surga-Nya.

Berada di jalan ini tidak mudah. Banyak hal yang harus kita korbankan. Waktu, perasaan, jiwa, hati, harta, bahkan air mata dan darah bila itu yang bisa membawa kita pada sebaik-baik perjumpaan dengan-Nya.

Terlalu banyak luka yang harus kita rasakan di jalan ini. Maka saya ingin mengatakan bertahan. Bertahanlah. Dengan segala kapasitas yang telah diberikan kepada kita. bertahanlah dengan semua rasa sakit ini, demi melihat esok anak cucu kita memiliki warisan yang masih bisa untuk diperjuangkannya.

Rasa sakit, kecewa, tangisan, luka ini tidak akan lama. Tidak selamanya kita hidup dengan setiap kepedihan ini. Karena kita mampu untuk melalui semuanya dengan sebaik-baik proses. Tidak ada permata indah tanpa melalui bara dan tempaan yang lebih panas dari yang lain. Maka bertahanlah.

Kita kuat. Sepanjang ukhuwah ini masih menancap kokoh dalam diri-diri kita. kita kuat. Selama iman tak goyah dalam jiwa kita. kita kuat. Bila kita bersama saling berangkulan dalam setiap ujian. Kita kuat ukhti. Karena kita saling mencintai karena Allah. Bahkan benci pun karena Allah.

Cacat pada barisan ini, jangan sampai menjadikan kita semakin menarik diri dari dakwah. Jangan sampai menghadirkan banyak kecewa dalam nurani kita. menjadikan setiap kerja-kerja kita tanpa ruhiyah. Istighfar ukhti.

Bukankah kelak kita tidak diminta pertanggungjawabannya oleh Allah secara berjamaah. Masing-masing kita akan bertanggungjawab atas apa yang telah kita infaqkan untuk kejayaan islam. Kelangsungan dakwah ini. Mari bekerja dengan sebaik-baiknya ikhtiar. Urusan hasil biarlah sepenuhnya kita serahkan pada Allah. Karena Allah tidaklah selalu melihat hasil, tapi proses perjalanan kita ukhti. Mari introspeksi diri.

Sadar atau tidak. Sedikit banyak mungkin kitalah pemantik api-api kemaksiatan. Menjadikan keberkahan dakwah ini semakin mencapai penghabisannya. Tidak perlu terlalu banyak prasangka ke sekeliling kita. mari lihat kembali hati kita. niat kita. tujuan kita.

Sudah benarkah hijab kita ukhti? Murnikah niat kita untuk Allah? Bermanfaatkah setiap waktu yang kita habiskan? Siapkah kita dengan segala amalan bila Allah memanggil kita satu jam lagi?

Bukankah pada akhirnya kita hanya akan menemui satu dari dua tempat. Surga atau neraka. Kita bisa melihat dari aktifitas kita ukhti. Kita akan lebih condong ke surga atau neraka. Saat kita tidak sedang melakukan kebaikan dalam satu detik yang kita habiskan tanpa disadari menjadi menit jam hari pekan bulan bahkan tahun berganti, percayalah kita sedang melakukan keburukan, kesia-siaan, kemaksiatan ukhti.

Masihkah ada keburukan-keburukan yang rutin kita lakukan? Berhentilah ukhti. Sekarang. Kita memperbaiki dakwah ini melalui diri-diri kita. sudahkah tepat waktu shalat wajib kita? sudahkah rutin lail kita? dhuha yang tidak lagi kita tinggalkan? Tilawah kita sudahkah tartil? Hapalan kita terus bertambahkah atau malah berkurang secara perlahan? Mari mempergunakan waktu muda dengan sebaik-baik tindakan, proses.

Bukankah dosa kecil yang terus menerus dilakukan, akan menggunung tinggi bila masih saja kita kerjakan. Dengan dalih “tidak apa-apa” atau “Cuma sekali-kali sekedar refreshing”. Tidak ada jaminan kita selamat dari api neraka. Kita tidak tahu dari kemaksiatan mana murka Allah akan turun. Kita juga tidak tahu dari kebaikan apa yang bisa membawa kita ke surga-Nya. Jadi yang perlu kita lakukan adalah tetap istiqomah dalam kebaikan ukhti.

Manusia terbatas dalam pengetahuannya. Mungkin kita tampak mulia dihadapan saudari kita. hingga muncul benih-benih kebanggan pada diri yang rapuh dan lemah ini. tapi, mungkin tidak dihadapan Allah. Hanya masing-masing kita yang tahu apa yang kita perbuat sepanjang hari. mari tengok kembali aktifitas kita ukhti.

Mampukan diri untuk menemui-Nya dengan sebaik-baik pengembalian. Gunakan mata, telinga, mulut, hati, pikiran, kaki, tangan, harta, hanya untuk hal-hal yang bisa kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Mari perbaiki diri ukhti. Meraih keabadian dan keindahan surga memang tidak mudah. Semoga kita dikuatkan untuk tetap istiqomah dalam kebaikan. Aamiin.





Dengan sepenuh cinta,



Saudari yang selalu merindukanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar