Untuk saudari-saudariku seiman yang
aku cintai karena Allah. Izinkan saya memulai tulisan ini dengan kalimat cinta.
Semoga kelak kita dipertemukan kembali di surga-Nya.
Berada di jalan ini tidak mudah. Banyak
hal yang harus kita korbankan. Waktu, perasaan, jiwa, hati, harta, bahkan air
mata dan darah bila itu yang bisa membawa kita pada sebaik-baik perjumpaan
dengan-Nya.
Terlalu banyak luka yang harus kita
rasakan di jalan ini. Maka saya ingin mengatakan bertahan. Bertahanlah. Dengan segala
kapasitas yang telah diberikan kepada kita. bertahanlah dengan semua rasa sakit
ini, demi melihat esok anak cucu kita memiliki warisan yang masih bisa untuk
diperjuangkannya.
Rasa sakit, kecewa, tangisan, luka
ini tidak akan lama. Tidak selamanya kita hidup dengan setiap kepedihan ini. Karena
kita mampu untuk melalui semuanya dengan sebaik-baik proses. Tidak ada permata
indah tanpa melalui bara dan tempaan yang lebih panas dari yang lain. Maka bertahanlah.
Kita kuat. Sepanjang ukhuwah ini
masih menancap kokoh dalam diri-diri kita. kita kuat. Selama iman tak goyah
dalam jiwa kita. kita kuat. Bila kita bersama saling berangkulan dalam setiap
ujian. Kita kuat ukhti. Karena kita saling mencintai karena Allah. Bahkan benci
pun karena Allah.
Cacat pada barisan ini, jangan
sampai menjadikan kita semakin menarik diri dari dakwah. Jangan sampai
menghadirkan banyak kecewa dalam nurani kita. menjadikan setiap kerja-kerja
kita tanpa ruhiyah. Istighfar ukhti.
Bukankah kelak kita tidak diminta
pertanggungjawabannya oleh Allah secara berjamaah. Masing-masing kita akan
bertanggungjawab atas apa yang telah kita infaqkan untuk kejayaan islam. Kelangsungan
dakwah ini. Mari bekerja dengan sebaik-baiknya ikhtiar. Urusan hasil biarlah
sepenuhnya kita serahkan pada Allah. Karena Allah tidaklah selalu melihat
hasil, tapi proses perjalanan kita ukhti. Mari introspeksi diri.
Sadar atau tidak. Sedikit banyak
mungkin kitalah pemantik api-api kemaksiatan. Menjadikan keberkahan dakwah ini
semakin mencapai penghabisannya. Tidak perlu terlalu banyak prasangka ke
sekeliling kita. mari lihat kembali hati kita. niat kita. tujuan kita.
Sudah benarkah hijab kita ukhti? Murnikah
niat kita untuk Allah? Bermanfaatkah setiap waktu yang kita habiskan? Siapkah kita
dengan segala amalan bila Allah memanggil kita satu jam lagi?
Bukankah pada akhirnya kita hanya akan
menemui satu dari dua tempat. Surga atau neraka. Kita bisa melihat dari
aktifitas kita ukhti. Kita akan lebih condong ke surga atau neraka. Saat kita
tidak sedang melakukan kebaikan dalam satu detik yang kita habiskan tanpa disadari
menjadi menit jam hari pekan bulan bahkan tahun berganti, percayalah kita
sedang melakukan keburukan, kesia-siaan, kemaksiatan ukhti.
Masihkah ada keburukan-keburukan
yang rutin kita lakukan? Berhentilah ukhti. Sekarang. Kita memperbaiki dakwah
ini melalui diri-diri kita. sudahkah tepat waktu shalat wajib kita? sudahkah
rutin lail kita? dhuha yang tidak lagi kita tinggalkan? Tilawah kita sudahkah
tartil? Hapalan kita terus bertambahkah atau malah berkurang secara perlahan? Mari
mempergunakan waktu muda dengan sebaik-baik tindakan, proses.
Bukankah dosa kecil yang terus
menerus dilakukan, akan menggunung tinggi bila masih saja kita kerjakan. Dengan
dalih “tidak apa-apa” atau “Cuma sekali-kali sekedar refreshing”. Tidak ada
jaminan kita selamat dari api neraka. Kita tidak tahu dari kemaksiatan mana
murka Allah akan turun. Kita juga tidak tahu dari kebaikan apa yang bisa
membawa kita ke surga-Nya. Jadi yang perlu kita lakukan adalah tetap istiqomah
dalam kebaikan ukhti.
Manusia terbatas dalam
pengetahuannya. Mungkin kita tampak mulia dihadapan saudari kita. hingga muncul
benih-benih kebanggan pada diri yang rapuh dan lemah ini. tapi, mungkin tidak
dihadapan Allah. Hanya masing-masing kita yang tahu apa yang kita perbuat
sepanjang hari. mari tengok kembali aktifitas kita ukhti.
Mampukan diri untuk menemui-Nya
dengan sebaik-baik pengembalian. Gunakan mata, telinga, mulut, hati, pikiran,
kaki, tangan, harta, hanya untuk hal-hal yang bisa kita pertanggungjawabkan
kelak di hadapan-Nya. Mari perbaiki diri ukhti. Meraih keabadian dan keindahan surga
memang tidak mudah. Semoga kita dikuatkan untuk tetap istiqomah dalam kebaikan.
Aamiin.
Dengan sepenuh cinta,
Saudari yang selalu
merindukanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar